Pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong mendarat dengan selamat di bulan. Peristiwa rumit 43 tahun lalu ini lebih baik dibanding ketika dia latihan untuk Kendaraan Penelitian Pendaratan Bulan. Armstrong hampir tewas saat ujicoba itu terjadi.
Ketika Presiden Kennedy menjanjikan Amerika Serikat akan mendarat di bulan, NASA masih belum paham cara menuju bulan. Agensi antariksa AS itu hanya paham secara teori, tapi praktik belum tentu semulus teori. NASA lantas meneliti cara mendarat di permukaan.
Pusat Penelitian Penerbangan di Pangkalan Angkatan Udara Edwards, California, AS menjadi tempat kelompok empat teknisi membahas pendaratan di bulan. Asisten Direktur, Hubert M. Drake berupaya mengatasi tantangan ini. MenurutDiscovery News, Armstrong saat itu masih menjadi pilot sipil. Dia satu-satunya teknisi pilot dalam kelompok itu.
Kelompok dengan julukan Grup Drake merancang kendaraan yang bisa meniru karakteristik penerbangan pesawat antariksa yang menuju bulan. Bulan yang tidak memiliki atmosfer susah ditiru dengan replika program uji terbang di bumi. Tapi, tim ini bisa membuat tiruan beban dan pergerakkan pendaratan vertikal di bulan.
Solusi simulasi dipecahkan Grup Drake dengan merancang Kendaraan Penelitian Pendaratan Bulan (LLRV). Kendaraan ini digunakan NASA untuk mempelajari dan menganalisa teknik pilot yang diperlukan untuk terbang dan mendarat dengan Modul Apollo Lunar.
Pada 1968, Armstrong dan Pete Conrad menjadi astronot pertama yang dilatih menggunakan LLRV. Hingga Mei tahun itu, Conrad telah menjalani 13 penerbangan dan Armstrong 20 kali.
Pada 6 Mei 1968, Armstrong menjalani penerbangan ke-21. Saat inilah terjadi bencana.
Tes berlangsung normal. Armstrong lepas landas secara vertikal. Dia naik hingga ketinggian di bawah 500 kaki. Setelah itu, dia beralih ke simulasi bulan dan mulai menguji pendaratan.
Dia hendak turun seakan-akan berada di bulan. Tapi, pada ketinggian 230 kaki menuju gurun untuk mendarat, LLRV mulai bermasalah. LLRV terlempar ke depan dan terus menambah kecepatan. Armstrong berusaha memegang kendali, tapi tidak berhasil direspon. Kendaraan mulai kehilangan kendali ketinggian.
Dalam hitungan detik, Armstrong menyadari caranya lolos dari maut dengan melontar keluar dari LLRV. Dengan jarak kurang dari 200 kaki di atas tanah, Armstrong pun melompat keluar dari LLRV.
Kendaraan simulasi itu terhempas ke lapangan. Bahan bakar di dalamnya menghasilkan kobaran api. Kerusakan yang tidak bisa diperbaiki ini menyebabkan kerugian yang ditaksir bernilai setengah juta dollar.
Armstrong mendarat dengan parasut beberapa detik setelah pesawat jatuh. Dia berhasil lolos tanpa luka. Tapi, dia mengaku kekuatan lontaran menyebabkan lidahnya tergigit.
Penyelidikan pasca kecelakaan menunjukkan penyebabnya tidak terkait masalah desain LLRV. Masalahnya terletak pada propelan atau bahan bakar roket. Helium dalam tangki propelan habis lebih cepat dibanding kondisi normal. Ini menyebabkan tekanan yang kurang memadai memaksa bahan bakar hidrogen peroksida mengacaukan kontrol roket. Kondisi ini menyebabkan upaya Armstrong memperbaiki keadaan kendaraan menjadi tidak efektif.
SUMBER
No comments:
Post a Comment